Senin, 07 Juni 2010

Pengaku Iman Gagah Berani

“Pengakuan” memiliki posisi penting dalam bagian rencana Allah. Seringkali ketika seseorang mendengar kata “pengakuan” maka yang terlintas di pikirannya adalah tentang pengakuan dosa. Bahkan tidak jarang orang kristen yang mengartikan kata “pengakuan” ini dalam konotasi negatif, misalnya dalam hal kelemahan dan kegagalan. Itulah bagian negatif dari pengakuan. Padahal ada bagian positif dalam hal pengakuan, karena Alkitab justru lebih banyak membicarakan hal yang positif ini dari pada yang negatif.

Menurut kamus Webster, definisi dari kata “pengakuan” bukan hanya sebagai pengakuan dosa tetapi juga berarti “pernyataan kepercayaan seseorang – terutama bagi mereka yang mempunyai iman kristen”. Itulah sebabnya mengapa kekristenan yang sejati telah dikenal selama berabad-abad sebagai suatu “Pengakuan yang Besar”. Sedangkan untuk kata “pengaku” ( = yang melakukan pengakuan ) diartikan sebagai “seorang kristen yang menderita karena imannya”. Tokoh-tokoh iman yang tercatat di kitab Perjanjian Lama dan para rasul dalam kitab Perjanjian Baru, mereka adalah pengaku-pengaku Firman Allah yang berani. Marilah kita lihat lima orang dari pengaku-pengaku iman yang berani ini.

Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Daniel 3:16-28)

Sarakh, Mesakh dan Abednego

Sarakh, Mesakh dan Abednego

Kitab Daniel pasal 3 mengisahkan tiga orang Israel bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang hidup dalam pembuangan di Babel dalam masa pemerintahan raja Nebukadnezar. Pada waktu itu raja Nebukadnezar mendirikan patung emas setinggi 60 hasta selebar 6 hasta yang didirikan di sebuah dataran bernama Dura. Alkisah raja mewajibkan semua orang di seluruh negeri untuk menyembah patung besar itu pada saat-saat tertentu, yaitu pada waktu dibunyikan berbagai alat bunyi-bunyian seperti: sangkakala, seruling, rebana dan lain sebagainya yang menandai waktu untuk melakukan ritual penyembahan berhala itu (ayat 5). Sedangkan bagi siapa saja yang melanggar titah raja ini – yakni yang tidak mau menyembah patung berhala tersebut – maka dia akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala (ayat 6).

Hampir semua orang taat kepada perintah raja Nebukadnezar, kecuali tiga orang Israel yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka inilah tiga orang pertama yang berani melawan perintah raja untuk menyembah patung emas. Ketiga orang ini melakukan “pengakuan yang berani” dengan berkata:

“… Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami … dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari … tanganmu, ya raja (ayat 17)

tetapi seandainya (Allah tidak melepaskan kami pun), .. kami (tetap) tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas … itu.” (ayat 18)

Dan ketiga orang ini berani mengambil resiko dengan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala sebagai akibat dari “pengakuan yang berani” itu (ayat 21)

Ketika melihat iman dan komitmen mereka kepada Allah dengan tidak mengasihi nyawa mereka sampai menghadapi maut sekalipun, maka Tuhan menyelamatkan mereka dengan membuat tubuh mereka tidak mempan oleh api, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka (ayat 27)

Sebagai akibat lain dari pengakuan iman dari orang-orang yang berani ini, Allah ditinggikan oleh Nebukadnezar. Raja ini juga berkata tentang Sadrakh, Mesakh dan Abednego sebagai orang-orang yang menaruh percaya kepada TUHAN, sebagai orang-orang yang berani melanggar titah raja (oleh sebab percayanya kepada TUHAN), dan sebagai orang-orang yang (berani dan rela) menyerahkan tubuh mereka demi kesetiaannya kepada TUHAN (dengan tidak mau menyembah allah manapun kecuali TUHAN Allah) (ayat 28)

Dan Alkitab mengisahkan bagaimana ketiga tokoh iman ini kemudian hidup makmur di wilayah Babel. Itulah kisah tiga orang tokoh pengaku iman yang berani.

Daniel ( Dan 6:1 – 29)

Daniel di Goa Singa

Daniel di Goa Singa

Tokoh yang keempat adalah Daniel. Kitab Daniel pasal 6 mengisahkan seorang Israel bernama Daniel yang hidup dalam masa pemerintahan raja Darius, orang Media.

Daniel adalah salah satu dari ketiga orang yang diangkat raja Darius sebagai pejabat tinggi negeri dan ketiga orang petinggi ini membawahi 120 orang wakil raja yang ditempatkan di seluruh wilayah kerajaan. (ayat 1 – 3)

Dan Daniel – yang dikaruniai roh yang luar biasa – memiliki kemampuan melebihi rata-rata pejabat negeri. (ayat 4)

Beberapa petinggi negeri tidak senang dengan keberadaan Daniel, dan mereka bersekongkol untuk menjatuhkan Daniel. Dan mereka melihat “kelemahan” Daniel dalam hal ketaatannya beribadah kepada TUHAN, Allah Daniel. (ayat 6)

Sebagai bagian dari rencana jahatnya itu, mereka membujuk raja Darius, hingga raja ini mengeluarkan surat perintah berisi larangan untuk menyampaikan permohonan baik kepada dewa, allah maupun manusia manapun kecuali kepada baginda raja Darius dalam waktu 30 hari semenjak perintah raja dikeluarkan. Dan bagi barangsiapa yang melanggar perintah raja, maka orang itu akan dilemparkan ke dalam gua singa. (ayat 8,9,10).

Tetapi Daniel tidak menggubris peraturan aneh itu. Dia melakukan “pengakuan yang berani” dengan tetap melakukan ibadahnya seperti biasa, yaitu tiga kali sehari ia berlutut berdoa serta memuji Allahnya (ayat 11)

Dan sebagai akibat dari pengakuan imannya yang berani itu, Daniel memang benar-benar dimasukkan ke gua singa (ayat 16,17)

Melihat iman dan komitmen Daniel kepada Allah dan melihat bagaimana Daniel tidak mengasihi nyawanya sendiri bahkan saat menghadapi maut, maka Allah bertindak dengan mengirimkan malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa buas itu (ayat 20-23).

Dan sebagai akibat lain dari pengakuan iman yang berani yang dilakukan oleh Daniel, maka raja Darius memuliakan Allahnya Daniel. Raja ini mengakui bahwa Dia adalah Allah yang hidup dan kekal, bahwa pemerintahan-Nya tidak akan binasa, dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir, dan Dia adalah Allah yang melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda-tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia adalah Allah yang telah melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa (ayat 25-27)

Kemudian dari pada itu Daniel mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan raja Darius dan juga zaman pemerintahan Koresy orang Persia (ayat 29).

Stefanus (Kis 7:51-60; 9:11-16)

Stefanus merupakan tokoh kelima dari “pengaku-pengaku iman yang berani” . Dengan berani dia menyatakan dan mengakui Firman Allah di hadapan Imam Besar dan penatua-penatua Israel dan anggota Mahkamah Agama. Dalam keadaan terjepit dan menghadapi maut, Stefanus berani mengakui imannya (Kis 7:51,52,55,56)

Stefanus berani menanggung akibat dari hasil “pengakuan iman yang berani”. Dia dilempari batu sampai mati (Kis 7:57-60).

Melihat iman dan komitmen Stefanus kepada Allah dan karena ia tidak mengasihi nyawanya bahkan saat menghadapi maut, maka Allah mengabulkan doa Stefanus. Allah tidak menanggungkan dosa (pembunuhan) itu kepada mereka.

Dan sebagai hasil dari pengakuan Stefanus yang berani dan rohnya yang mengampuni, bahkan Allah mengubah seorang Saulus yang buas – yang terobsesi membinasakan jemaat Tuhan – menjadi Paulus, seorang rasul besar yang lemah lembut dan sangat giat bekerja memberitakan injil. Disaat Stefanus meregang nyawa, Saulus mendengar kesaksian Stefanus, dan dia mendengar juga bagaimana Stefanus melihat langit terbuka dan menyaksikan kemuliaan Allah Bapa dan Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa. Pemuda Saulus mendengar injil dan dilepaskan dari dosanya atas pembunuhan Stefanus sehingga dia bisa diselamatkan.

Lebih jauh lagi sebagai berkat yang dihasilkan untuk dunia melalui pengakuan Stefanus yang berani dan doa syafaatnya untuk para pembunuhnya ialah: Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa lain melalui rasul Paulus (Kis 9:11-16)

Itulah Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel dan Stefanus, lima orang tokoh yang dicatat Alkitab yang telah dengan berani melakukan pengakuan iman, dengan hasil-hasil yang mengikutinya.

Rasul Paulus, dalam kitab Ibrani, menyebutkan masih banyak lagi orang-orang yang telah melakukan “pengakuan iman yang berani” – yang tidak disebutkan namanya satu persatu karena banyaknya – mereka adalah orang-orang yang karena iman dan komitmen mereka kepada Allah dan Firman-Nya , mereka tidak mengasihi nyawanya.

Beberapa diantara mereka – dengan iman – memperoleh kemenangan besar. Sebagian lagi – karena iman – rela diejek dan didera, bahkan dibelenggu dan dipenjarakan. Bahkan ada yang dilempari batu, digergaji, dibunuh dengan mata pedang, mengembara sambil memberitakan injil, menderita kekurangan, kelaparan, kesesakan dan siksaan (Ibr 11:33-40).

Kita melihat bahwa dengan iman kemenangan-kemenangan besar telah dimenangkan untuk Kerajaan Allah, dan juga dengan iman orang bersedia memberikan hidupnya untuk apa yang mereka percayai sebagai kebenaran. Iman seperti ini adalah pokok dan inti dari Injil. Iman seperti ini menyatakan setuju dengan Firman Allah dan berdiri untuk hal tersebut; tidak pernah mundur, bahkan sampai titik kematian. Dengan iman ini, orang-orang dahulu berkenan dihadapan Allah. Iman seperti ini adalah iman yang dewasa.

Iman yang dewasa harus kita miliki, agar kita berkenan di hadapan Allah. Untuk mencapai itu, ada banyak musuh yang harus dikalahkan. Musuh kita bukanlah darah dan daging, tetapi pemerintahan iblis, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12). Tetapi kitab Wahyu memberi pengajaran kepada kita bagaimana mengalahkan musuh-musuh kita itu, ialah: oleh darah Anak Domba, oleh perkataan kesaksian kita, dan dengan tidak mengasihi nyawa sendiri sampai ke dalam maut (sampai mati sekalipun).

Menjadi Pengaku iman yang berani, menjadi orang yang berani menanggung akibat dari pengakuan iman yang berani, bahkan sampai titik kematian dengan tidak mengasihi nyawa sendiri akan menggerakkan kuasa Allah untuk menghasilkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama – seperti yang Allah lakukan atas Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel – dimana kuasa Allah bekerja dengan menyelamatkan keempat tokoh kita ini dari api dan dari mulut singa, menyebabkan Nebukadnezar dan Darius memuliakan Allah, dan Allah memberikan kepada mereka berempat suatu kehidupan yang lebih baik. Kemungkinan yang kedua, Allah menjadikan pengaku iman sebagai benih ilahi – seperti yang Allah lakukan terhadap “pohon” Stefanus yang harus mati sebagai benih – yang menumbuhkan suatu “pohon” yang jauh lebih besar, seorang rasul besar bernama Paulus yang menghasilkan buah yang banyak, terus dan terus dan terus,… sehingga injil dapat diberitakan keseluruh dunia.

Maranatha.

Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.

(Wahyu 12:11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar